Lunturkah Budaya Salam, Senyum, dan Sapa
Zaman terus bergulir seiring waktu yang berlalu tiada tergantikan, menjadi sejarah masa lalu. Dari sejarah kita belajar, dari masa lalu kita berkaca. Pesan dan nasehat orang tua dan guru mengantarkan etika melekat pada anak cucunya. Tentu tidak berhenti jadi tau, tapi harus jadi perilaku.
Orang tua mengajarkan pada kita mengucapkan salam apabila masuk dan keluar rumah, acara, atau ruangan. Memberi salam saat bertemu atau berpisah dengan orang yang kita kenal.
Orang barat menyebutnya "say hello", atau kalau tidak mengerti juga, sebut saja "setor muka". Mungkin cita bahasa agak kasar lebih mudah dipahami generasi saat ini.
mencoba berpikir positif, mungkin generasi saat ini khilaf, kalau bertemu dengan seseorang yang dikenal itu etikanya menyapa dan memberi senyuman. Misal, saat kali pertama hari itu bertemu dengan orang yang dikenal seperti teman satu tim atau satu angkatan. Selazimnya mengucapkan salam, "hai", "pa kabar", "pagi mas/mba", lebih mulia lagi bagi muslim mengucapkan "assalamualaikum wr wb "atau sejenisnya.
Pun juga saat berpisah, ucapkan hal serupa, "duluan yak", "pamit yak", atau kata-kata yang lain untuk menunjukan kehangatan.
Adapun salam, senyun, sapa ini merupakan tata nilai universal yang bisa dilakukan di tempat makan, tempat kerja, bandara, penginapan dan tempat-tempat lainnya.
Keprihatinan ini menjadi catatan bagi kita semua untuk instrospeksi diri, yang tidak menginginkan generasi ini "lupa" dengan nasehat orang tua dan gurunya. Semoga generasi muda saat ini "ingat" etika yang ditanamkan kepadanya. Semoga.
Komentar